Alasan mundur dari Cokelat, hubungan persahabatan mereka kini dan opininya tentang vokalis baru.
Oleh : Wendi Putranto

Foto : Cokelat Management
Kontras sekali jika dibandingkan dengan akun Twitter milik para personel Cokelat lainnya, gitaris Edwin (@Edwin_Cokelat), bassist (@ronnycokelat), gitaris Ernest (@ernestcokelat) yang terlihat sibuk membalas satu persatu pesan dari para Bintang Kita (julukan bagi fans Cokelat) menyangkut kabar hengkangnya Kikan dan drummer Ervin dari Cokelat.
Kikan baru menjawab permohonan untuk bersedia diwawancara melalui balasan direct message di Twitter. Ini setelah upaya menelepon dan sms yang terkirim tidak direspon sama sekali atau lebih tepatnya gagal karena nomor yang didapat salah. Ketika akhirnya mendapat nomor ponsel yang baru dan bisa dihubungi, terdengar suara vokalis yang merupakan ibu dari dua orang anak ini terisak-isak seperti orang tengah menangis. Entah kenapa. Akhirnya kami berjanji untuk melakukan sesi wawancara eksklusif pada hari itu juga (15/7) di sebuah cafe di Pondok Indah Mall I.
Ajaibnya, ketika bertemu tak terpancar sama sekali raut wajah kesedihan atau sisa tangis yang saya denger beberapa jam sebelumnya. Kikan terlihat santai, dengan lugas dan ramah menjawab semua pertanyaan serta menceritakan segalanya kepada Rolling Stone, termasuk banyak di antaranya berbagai cerita penuh ”jebakan” off the record yang haram untuk dipublikasikan ke khalayak luas. Sesuatu yang sangat saya sesali tentunya.
Sebagai salah seorang dari sedikit saja vokalis band perempuan yang memiliki suara sangat berkarakter dan bahkan menjadi penanda utuh identitas Cokelat selain musik mereka, maka mundurnya Kikan jelas sebuah kehilangan besar bagi Cokelat dan tentunya para Bintang Kita. Masa depan band ini pun kontan dipertanyakan.
Selama lebih kurang dua jam lamanya pemilik nama lengkap Namara Surtikanti (33 tahun) ini bercerita panjang lebar tentang alasan utamanya mundur dari band yang selama 14 tahun ikut membesarkan namanya, rencana karir solo, hubungan persahabatannya kini dengan para personel Cokelat yang lain, serta ketakutan sekaligus keinginannya untuk menyaksikan panggung pertama Cokelat bersama vokalis baru, Sarah Hadju. Berikut kutipannya
Mengapa Anda mundur dari Cokelat?
Mau alasan klise atau off the record? (tertawa) Sebetulnya ada beberapa alasan, tapi yang paling utama memang, sama seperti yang anak-anak (para personel Cokelat) bilang, karena gue merasa serba salah. Gue tidak bisa lagi mengikuti ritme kerjanya Cokelat, sementara kalau mereka harus beradaptasi dengan jadwal gue, kasihan mereka. Sebenarnya ini masalah yang cukup lama, bolak balik kami selalu mencoba mencari jalan keluar yang enak bagi kedua belah pihak. Sebenarnya ini bukan sebuah keputusan yang gampang, karena kalau nggak sama Cokelat sebenarnya gue juga nggak tahu mau apa lagi. Memang kalau mau dilihat lagi, gue cewek sendiri dengan empat cowok yang masing-masing berfungsi sebagai kepala keluarga di Cokelat ini. Gue berbeda dengan mereka, selain itu gue single parent, dua anak gue sudah semakin gede, butuh perhatian lebih dari gue dan segala macamnya. Gue sangat mengerti kalau para cowok-cowok ini nggak mungkin bisa mengikuti kemauan gue selamanya, jadi akhirnya sering terjadi bentrokan kepentingan. Akhirnya karena kasihan mereka pengen berlari sementara gue seperti berjalan di tempat, akhirnya gue mengambil keputusan untuk mundur dari band. Memutuskan gue resign dari band itu, bagi gue pribadi berat banget, tapi gue rasa anak-anak mengerti banget lah, apalagi kami sudah puluhan tahun ngeband dan mereka sering melihat sendiri bagaimana sulitnya, jatuh bangunnya gue, dengan jadwal, anak-anak gue dan segala macamnya.
Jadi Anda sebenarnya sudah lama ingin mengundurkan diri dari Cokelat?
Sebenarnya bukan untuk resign-nya ya, tapi ritme kerja band ini menjadi masalah. Itu sejak gue mulai punya anak pertama. Artinya dari tujuh tahun yang lalu. Akhirnya suka nggak suka, mau nggak mau, memang ada masanya gue ikut merintis Cokelat dari nol, saat gue belum menikah dan mempunyai anak itu gue bisa sebebas merpati, mau ngapain aja sesuka hati. Ketika punya anak akhirnya pelan-pelan memang terjadi perubahan.
Apakah Anda memutuskan untuk berhenti main musik selamanya atau hanya berhenti bermain musik bersama Cokelat?
Sebetulnya inti dari mundurnya gue ini, gue pengen rehat. Tapi mengingat skill-nya cuma main musik dan menyanyi, akhirnya gue tetap butuh uang. Nggak munafiklah, bagaimana gue menghidupi anak-anak gue nantinya? Sebetulnya gue kemarin sudah hampir memutuskan apakah mau seimbang atau mengejar duit? Karena kalau di band kan nggak bisa memutuskan sendirian, semua untuk kepentingan bersama. Kalau gue nggak mau mengambil satu job maka anak-anak crew gue bisa nggak makan nanti. Itu yang berat. Sebenarnya harapan gue dengan resign ini, gue punya kuasa lebih banyak atas diri gue sendiri, untuk memutuskan kapan gue mau bekerja dan kapan mau berlibur. Itu yang mungkin selama ini nggak bisa gue dapat di Cokelat. Dan gue pastinya hanya akan tetap main musik karena gue hanya bisa hidup dari situ.
Berarti Anda akan segera memulai karir solo setelah ini?
Agak terlalu serius ya? Karena sebenarnya gue nggak punya atensi untuk ke sana ya sementara ini.
Tadi Anda bilang sendiri kalau ngeband lebih sulit memegang kontrol atas kehidupan pribadi?
Iya, tapi untuk berkarir solo gue kayaknya belum terpikir sampai sejauh itu. Walaupun memang banyak banget orang yang menyangka gue resigned karena mau karir solo. Buat gue, antara ngeband dan solo itu tanggung jawabnya sama besarnya. Nanti gue harus melakukan semuanya sendirian. Produce sendiri dan bla bla blanya. Yang pasti sebenarnya gue ingin break dari semua ke-hectic-an ini. Jadi sementara ini kalau gue masih nyanyi itu mungkin kasarnya cuma ngamen aja, job-job lepas. Untuk karir solo yang pasti tidak dalam waktu dekat inilah...
Kalau membuat band baru?
OK, sebenarnya begini. Saat ini gue memang mempunyai satu proyek band tapi band ini dipersiapkan bukan sebagai satu proyek utama, ini lebih hanya untuk menyambung hidup gue saja. Setelah gue nggak sama Cokelat, kalau ada tawaran manggung nanti gue mau manggung dengan siapa? Tapi kalau untuk gue membuat sebuah band baru yang serius dan membuat album kayaknya gue perlu berpikir cukup lama lagi, untuk mendapatkan chemistry, mencari personel baru pasti sulit, apalagi selama 14 tahun gue sudah bersama-sama Cokelat. Belum tentu gue mendapat partner yang seasik mereka.
Persisnya kapan Anda mulai mundur dari Cokelat?
Gue resmi resigned itu sebenarya sejak 20 Mei 2010. Akhir Maret gue mulai ngomong dengan mereka namun pas menandatangani surat mundurnya gue dari Cokelat itu pada tanggal 20 Mei 2010. Tapi memang karena gue merasa pengunduran diri gue ini adalah sebuah keputusan yang akan membuat ribet banyak banget pihak, terutama dari Cokelat. Waktu itu gue pernah mengeluarkan statement bahwa gue nggak ingin ada satu periode dimana Cokelat nggak bisa manggung karena belum mempunyai vokalis lagi, jadi selama mereka belum mendapatkan pengganti maka gue akan terus membantu mereka. Ini berlaku untuk konser-konser yang sudah teken kontrak atau yang akan datang. Sampai 28 Juni kemarin (bukan 4 Juli seperti ditulis sebelumnya) gue masih membantu mereka. Itu show terakhir gue bersama Cokelat di PRJ.
Publik sangat sulit memisahkan Kikan dengan Cokelat, kalian seperti tidak bisa dipisahkan, ketika Anda mundur pernah terpikir bahwa keputusan itu berdampak besar bagi kehidupan para personel lainnya?
Gue selalu melihatnya dari dua sisi ya. Tidak bisa dipungkiri selama 14 tahun bersama Cokelat orang melihat image Cokelat itu sangat gue, bukan Cokelat kalau nggak ada Kikan, gue rasa orang seharusnya bisa melihat sebaliknya bahwa gue bukan siapa-siapa tanpa Cokelat. Bahwa gue akhirnya menjadi orang paling depan dan melihat image Cokelat sebagai gue itu rasanya terjadi di semua band ya? Image vokalis memang selalu dominan di semua band. Walau gue banyak bikin lagu dan bikin lirik, tapi gue yakin hasil akhir itu selalu ada di tangan kami berlima. Mungkin orang nggak banyak tahu bahwa Edwin, Ernest dan Ronny itu juga banyak menciptakan lagu. Dan mudah-mudahan stigma bahwa Cokelat nggak bisa apa-apa lagi tanpa gue itu tidak terbukti. Mungkin dengan tidak ada gue warnanya akan sedikit berubah...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar